Perkembangan AI di Indonesia: Mengenal DeepSeek, Si Primadona AI Terbaru
Harga saham teknologi turun drastis. Perusahaan besar seperti Meta dan Nvidia pun mulai mempertanyakan masa depannya. Para eksekutif di industri teknologi bahkan mengungkapkan kekhawatiran mereka melalui media sosial, tak terkecuali perihal perkembangan AI di Indonesia.
Penyebabnya? Sebuah perusahaan rintisan AI asal Tiongkok bernama DeepSeek muncul dengan model AI yang canggih dengan biaya yang lebih rendah dari perkiraan para ahli.
Bagaimana mungkin perusahaan yang hampir tak dikenal ini bisa memberikan dampak yang sebesar itu? Mari jelajahi tentang DeepSeek dan perkembangannya di artikel ini!
Apa itu DeepSeek?
DeepSeek adalah perusahaan rintisan yang didirikan dan dimiliki oleh perusahaan perdagangan saham China, High-Flyer. Tujuannya adalah untuk membangun teknologi AI yang sejalan dengan chatbot ChatGPT milik OpenAI atau Gemini milik Google.
Pada tahun 2021, DeepSeek telah mengakuisisi ribuan chip komputer dari pembuat chip AS Nvidia, yang merupakan bagian mendasar dari setiap upaya untuk menciptakan sistem AI yang canggih.
Di China, perusahaan rintisan ini dikenal karena merekrut peneliti AI muda dan berbakat dari universitas-universitas ternama, menjanjikan gaji tinggi, dan kesempatan untuk mengerjakan proyek-proyek penelitian mutakhir.
Selama beberapa tahun terakhir, DeepSeek telah merilis beberapa model bahasa besar, yang merupakan jenis teknologi yang mendukung chatbot seperti ChatGPT dan Gemini.
Pada tanggal 10 Januari 2025, perusahaan ini merilis aplikasi chatbot gratis pertamanya, yang didasarkan pada model baru yang disebut DeepSeek-V3.
Baca juga: Google AI Chat “Gemini” Kini dapat Digunakan di Android dan iPhone
Mengapa pasar saham bereaksi terhadapnya sekarang?
Model DeepSeek-V3 disebut telah menyamai kemampuan chatbot terbaik dari perusahaan-perusahaan Amerika, seperti OpenAI dan Google. Namun, tim di balik sistem baru itu juga mengungkapkan langkah maju yang lebih besar.
Dalam sebuah makalah penelitian yang menjelaskan bagaimana mereka membangun teknologi itu, DeepSeek mengatakan bahwa mereka hanya menggunakan sebagian kecil dari chip komputer yang diandalkan oleh perusahaan-perusahaan AI terkemuka untuk melatih sistem mereka.
Perusahaan-perusahaan papan atas dunia biasanya melatih chatbot mereka dengan superkomputer yang menggunakan sebanyak 16.000 chip atau lebih. Para teknisi DeepSeek mengatakan bahwa mereka hanya membutuhkan sekitar 2.000 chip Nvidia.
Mengapa hal itu penting?
Sejak akhir tahun 2022, ketika OpenAI memicu ledakan AI sebagai bentuk perkembangan AI di Indonesia, anggapan yang berlaku adalah bahwa sistem AI yang paling canggih tidak dapat dibangun tanpa menginvestasikan miliaran dolar dalam chip AI khusus.
Hal ini berarti bahwa hanya perusahaan teknologi terbesar — seperti Microsoft, Google, dan Meta, yang semuanya berbasis di Amerika Serikat — yang mampu membangun teknologi terdepan.
Namun, teknisi DeepSeek mengatakan bahwa mereka hanya membutuhkan sekitar $6 juta dalam daya komputasi mentah untuk melatih sistem baru mereka. Kalkulasi ini kira-kira 10 kali lebih sedikit daripada yang dihabiskan Meta untuk membangun teknologi AI terbarunya.
Baca juga: Model AI Gemini di Google Workspace untuk Penuhi Kebutuhan Bisnis
Bagaimana DeepSeek membuat teknologinya dengan lebih sedikit chip AI?
AI engineer terkemuka di Amerika Serikat mengatakan bahwa perusahaan rintisan DeepSeek menunjukkan cara yang lebih efisien untuk menganalisis data menggunakan chip.
Sistem AI terkemuka mempelajari keterampilan mereka dengan menentukan pola dalam sejumlah besar data, termasuk teks, gambar, dan suara.
DeepSeek menjelaskan cara menyebarkan analisis data ini ke beberapa model AI khusus — yang oleh para peneliti disebut sebagai metode “campuran para ahli” — sambil meminimalkan waktu yang hilang dengan memindahkan data dari satu tempat ke tempat lain.
Orang lain telah menggunakan metode serupa sebelumnya, tetapi memindahkan informasi antarmodel cenderung mengurangi efisiensi. DeepSeek melakukan ini dengan cara yang memungkinkannya menggunakan lebih sedikit daya komputasi.
Makalah penelitian DeepSeek menimbulkan pertanyaan tentang apakah perusahaan-perusahaan besar dapat mempertahankan keunggulan signifikan dalam AI. Banyak ahli percaya bahwa teknologi AI akan menjadi komoditas, dengan banyak perusahaan menjual produk yang hampir sama.
Apakah teknologi DeepSeek sama bagusnya dengan sistem dari OpenAI dan Google?
Menurut uji tolok ukur standar, DeepSeek-V3 dapat menjawab pertanyaan, memecahkan masalah logika, dan menulis program komputernya sendiri seefektif apa pun yang sudah ada di pasaran.
Tepat sebelum DeepSeek merilis teknologinya, OpenAI telah meluncurkan sistem baru, yang disebut OpenAI o3, yang tampaknya lebih canggih daripada DeepSeek-V3. Namun, OpenAI belum merilis sistem ini ke masyarakat luas.
OpenAI o3 dirancang untuk “bernalar” melalui masalah yang melibatkan matematika, sains, dan pemrograman komputer. Banyak ahli menunjukkan bahwa DeepSeek belum membangun model penalaran seperti ini, yang dipandang sebagai masa depan AI.
Kemudian pada tanggal 20 Januari 2025, DeepSeek merilis model penalarannya sendiri yang disebut DeepSeek R1, dan hal itu juga membuat para ahli terkesan. Hal ini akhirnya membuat investor teknologi di Amerika menyadari pentingnya teknologi baru DeepSeek.
Baca juga: Google Assistant Chat di Android Kini Digantikan oleh Gemini!
Dengan munculnya DeepSeek sebagai pemain baru yang menggebrak dunia AI, kita diingatkan bahwa persaingan di bidang ini semakin ketat dan tidak terduga.
Perkembangan AI di Indonesia pun seharusnya menjadi perhatian serius agar tidak tertinggal dalam menghadapi gelombang inovasi global. Momen ini dapat dijadikan pelajaran berharga bagi para pelaku teknologi di Tanah Air untuk terus berinovasi dan berkolaborasi demi menciptakan solusi AI yang relevan dan berdampak bagi masyarakat.
Ingin tahu lebih banyak tentang perkembangan AI di Indonesia? Jelajahi artikel kami di blog PointStar Indonesia untuk tahu lebih banyak!